Pagi yang tenang sekali
Wah mengapa jadi terheran
Rencana tak semulus angan punya
Tiba-tiba ingin kuputar
Lagu kesayangan papi
Suasana terasa berubah kemudian
Beberapa saat lalu kutuang juga
Minuman yang menjadi kesukaannya
Sedap seduhan kuhirup sambil duduk
Membuat ia terasa dekat sekali
Kuraih smartphone yang ada di dekat buku
Namun kuingat betapa tidak senangnya ia
Karena disana beda waktu yang pasti akan mengusik waktu terbaiknya
Teringat tahun 2017, sengaja caranya belum bisa kuterima, karena satu semestet tidak dikirim uang saku. Keadaan itu memaksa harus bisa bertahan, demikian candanya yang katanya kelak pasti akan diberikan, aiiihh sampe sekarang juga belum ditambahin kalo ngirim. Tak apa aku masih percaya dan juga tidak marah atau membencinya, buktinya masih bisa kemana-mana, cuma gak bisa kuliah seperti umumnya, untungnya banyak hal lain bisa dikerjakan.
Mau tidak mau, harus diterima caranya berpengaruh menghadapi keadaan sekarang ini. Pemgalaman bersamanya saat masih menghuni rumah yang yang berhalaman sempit, hingga yang yang luas sekarang ini sering digambarkannya dalam nasihat sederhana sambil memijatinya. Kembali mengingat tentangnya membawa rencana kubiarkan saja berbelok begitu saja ditemani musiknya dan seruput penghangat pagi minuman kesukaannya. Negeri ini tidak pernah mbuat menjauhkannya dariku, bahkan membuat semakin mengerti sayang dan perhatiannya.
Tak ada bedak atau make up yang harus kupakai, kubiarkan diriku sesukannya dan senyamannya aku sesuai dengan hati ini maunya kemana. Suatu hari akan kubiarkan ia membaca tulisan ini untuknya yang tidak pernah sia-sia memberikan cinta karena terus menyala dan berarti. Tidak mengapa setahunya kalau aku malas menulis, bahkan sering uring-uringan kalau diminta bantuannya untuk membantu pekerjaannya. Maklumlah waktu itu masih manja dan kekanak-kanakan. Kalau sekarang sih maunya dimanja, cuma yang pas belum tampak, lagian kalo belum lulus bisa jadi tambah masalah baru.
Ya ampum, ....
Ampe lupa gak pake....
B...
H....
Untung gak keluar......
Wah mengapa jadi terheran
Rencana tak semulus angan punya
Tiba-tiba ingin kuputar
Lagu kesayangan papi
Suasana terasa berubah kemudian
Beberapa saat lalu kutuang juga
Minuman yang menjadi kesukaannya
Sedap seduhan kuhirup sambil duduk
Membuat ia terasa dekat sekali
Kuraih smartphone yang ada di dekat buku
Namun kuingat betapa tidak senangnya ia
Karena disana beda waktu yang pasti akan mengusik waktu terbaiknya
Teringat tahun 2017, sengaja caranya belum bisa kuterima, karena satu semestet tidak dikirim uang saku. Keadaan itu memaksa harus bisa bertahan, demikian candanya yang katanya kelak pasti akan diberikan, aiiihh sampe sekarang juga belum ditambahin kalo ngirim. Tak apa aku masih percaya dan juga tidak marah atau membencinya, buktinya masih bisa kemana-mana, cuma gak bisa kuliah seperti umumnya, untungnya banyak hal lain bisa dikerjakan.
Mau tidak mau, harus diterima caranya berpengaruh menghadapi keadaan sekarang ini. Pemgalaman bersamanya saat masih menghuni rumah yang yang berhalaman sempit, hingga yang yang luas sekarang ini sering digambarkannya dalam nasihat sederhana sambil memijatinya. Kembali mengingat tentangnya membawa rencana kubiarkan saja berbelok begitu saja ditemani musiknya dan seruput penghangat pagi minuman kesukaannya. Negeri ini tidak pernah mbuat menjauhkannya dariku, bahkan membuat semakin mengerti sayang dan perhatiannya.
Tak ada bedak atau make up yang harus kupakai, kubiarkan diriku sesukannya dan senyamannya aku sesuai dengan hati ini maunya kemana. Suatu hari akan kubiarkan ia membaca tulisan ini untuknya yang tidak pernah sia-sia memberikan cinta karena terus menyala dan berarti. Tidak mengapa setahunya kalau aku malas menulis, bahkan sering uring-uringan kalau diminta bantuannya untuk membantu pekerjaannya. Maklumlah waktu itu masih manja dan kekanak-kanakan. Kalau sekarang sih maunya dimanja, cuma yang pas belum tampak, lagian kalo belum lulus bisa jadi tambah masalah baru.
Ya ampum, ....
Ampe lupa gak pake....
B...
H....
Untung gak keluar......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar